BANDA ACEH – Salah satu warisan budaya yang masih ada pada saat ini adalah tikar pandan (Tika Saukee). Kerajinan asal Aceh ini sudah sangat terkenal, bahkan pemasarannya bukan hanya di Indonesia, melainkan sudah merambah ke negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan negara-negara lainnya.
Tika seukee (tikar daun pandan) merupakan salah satu produk kerajinan asal Kabupaten Pidie Jaya (Pijay) yang ramai diminati oleh masyarakat lokal maupun luar daerah.
Salah satu kerajinan binaan Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Aceh, Tika Raja merupakan kerajinan tangan yang bergerak dibidang pembuatan Tika Saukee yang telah dipesan hingga kebelahan nusantara, bahkan sampai dipesan ke Pulau Dewata Bali.
“Kalau dulu orang Bali pernah memesan tikar pandan ukuran sedang, yang biasa digunakan untuk bersantai,” kata pemilik kerajinan Tika Raja asal Pijay, Mainiar, Senin (22/4/2023).
Lebih lanjut, ia mengatakan, pada saat ini sangat disayangkan eksistensi tikar pandan mulai tergeser oleh tikar modern. Bahkan kini tikar pandan sudah jarang didapati di rumah-rumah penduduk.
“Tikar pandan mulai kurang diminati karena tikar modern (biasanya dari plastik) harganya lebih murah,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh melalui Kepala Bidang Bahasa dan Seni, Nurlaila Hamjah mengatakan kerajinan yang menjadi binaan dari Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Aceh itu telah dikenal diberbagai pelosok negeri nusantara bahkan sampai luar negeri.
Oleh kerena itu, ia berharap pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 8 nanti, Tika Saukee dapat tampil dengan menghadirkan inovasi – inovasi baru agar masyarakat tidak melupakan kerajinan tradisional tersebut.
“Apalagi Disbudpar Aceh akan menggelar Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 8, kami berharap kerajinan tangan Tika Saukee dapat tampil diacara bergengsi tersebut, agar masyarakat lebih mengetahui produk – produk kerajinan tangan asal Pidie Jaya itu” kata Nurlaila kepada situasi.co.id, Selasa (23/4/2023).
Maka dari itu, ia meminta Dekranasda Aceh agar terus melakukan pembinaan kepada para pengrajin Tika Saukee dalam menciptakan produk produk hasil kerajinan tangan yang lebih kreatif dan moderen.
“Mungkin selama ini para pengrajin Gampong Sagoe hanya berfokus pada kerajinan anyaman tikar pandan saja. Maka dari itu kami meminta Dekranasda Aceh harus lebih giat dalam membina para pengrajin Tika Saukee itu,” ujarnya.
Ia menambahkan, mestinya jika kita menganggap tikar pandan ini adalah bagian dari kearifan lokal dan karya yang harus diapresiasi, kita harus serius untuk mempertahankan kecintaan kita kepadanya.
“Oleh sebab itu saya mengajak masyarakat terkhusus anak anak muda Aceh agar terus mempertahankan dan melestarikan kerajinan tangan asal Pidie Jaya tersebut,” pungkasnya.
Asal Usul Tika Saukee
Kerajinan anyaman pandan adalah salah satu usaha kerajinan tangan yang cukup potensial pada setiap suku bangsa di Indonesia terkhusnya kabupaten pidie. Dalam pembuatannya yang sangat sederhana dengan mengandalkan tangan dan di bantu oleh beberapa buah alat tradisional seperti pisau, parang dan jangka.
Tikar pandan, sebagian masyarakat Aceh menyebutnya tika seukee. Seukee dalam bahasa Aceh berarti daun pandan. Kerajian tangan yang satu ini sangat familiar di kalangan masyarakat Pijay. Para perajinnya pun adalah perempuan, mereka belajar secara otodidak dari keluarganya. Kerajinan tangan ini juga kerap dijadikan warga sebagai peluang usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Proses Pembuatan Tika Saukee
Bahan dalam pembuatan tika saukee yakni berasal dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat pedesaan. Keterampilan membuat anyaman pandan ini diperoleh dari nenek moyang terdahulu kemudian diturunkan dari generasi ke generasi secara informal.
Tika Saukee tergolong kerajinan tangan yang membutuhkan waktu lama untuk menganyamnya. Prosesnya pun terbilang rumit. Pertama, potong daun pandan dari batangnya, lalu disisir sesuai keinginan kita. Ada yang besar, ada yang kecil, kemudian dijemur. Butuh waktu lebih kurang seminggu untuk menjemur. Jika matahari benar-benar terik mungkin akan lebih cepat kering, agar dapat mengubah tampilan daun pandan yang hijau menjadi putih.
Menurut seorang perajin tikar pandan, semakin lama dijemur maka semakin bagus kualitas tikar pandan tersebut, karena daun pandan yang sudah kering itu bertambah kuat dan susah rapuh. Setelah dijemur, lalu diberi warna, dan terakhir baru dianyam sesuai dengan corak yang diinginkan.
Jenin Jenis Tika Saukee
Tikar pandan ini bervariasi jenisnya. Ada yang polos, motif silang, dan banyak motif lainnya. Harga yang ditawarkan sesuai dengan tingkat kerumitan anyaman dan ukuran tikar. Berkisar antara Rp 300.000 hingga Rp 1.000.000 per lembar.