BANDA ACEH – Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo, tak menanggapi serius persoalan jatah konsumsi diterima atlet Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Aceh. Dia mengatakan kendala sejenis terjadi di banyak even besar.
“Ini selalu menjadi isu. Tidak hanya di PON, di SEA Games, Asian Games, bahkan Olimpiade, makanan ini pasti selalu menjadi isu,” kata Dito Ariotedjo di Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Menurut Menteri Dito, ketidaksamaan selera menjadi faktor utama menjadi pemantik protes tersebut. Apalagi, kata dia, PON dihadiri oleh kontingen dari 38 provinsi. Setiap orang memiliki ciri khas tidak sama. Tak ada orang punya keseragaman selera dengan orang lain.
Dito mengatakan isu makanan ini harus diperhatikan dengan baik. Bahkan menjadi perhatian utama mereka. Dito meminta Penjabat Gubernur Aceh, Safrizal, selaku Ketua PB PON XXI Wilayah Aceh, untuk mengatasi persoalan tersebut.
Sementara Safrizal mengatakan sulit sekali menyamakan selera makanan. Namun, kata dia, mereka akan melihat dari sisi yang berbeda seperti kebutuhan kalori untuk atlet.
“Kalori ya kalau sudah bisa memenuhi dua ayam itu sudah memenuhi kalori ya dengan sayur dengan buah dengan nasi kita berupaya memenuhi,” kata Safrizal.
Di sisi lain, Safrizal juga melihat soal ketidaktepatan waktu jadwal makan. Ini katanya, adanya miskomunikasi dengan pihak penyedia. Sehingga ini menjadi kendala bagi mereka. Safrizal, mengatakan pihaknya ingin memperbaiki persoalan ini.
Jika kontingen ingin makan di satu lokasi, atau memesan menu tertentu, maka mereka dapat memberitahukan hal ini kepada panitia lewat penghubung kontingen yang disediakan oleh PB PON.
Persoalan konsumsi ini dipersoalkan oleh banyak atlet dan official. Satu di antaranya adalah atlet panahan asal Aceh, Mundir. Dia mengungkapkan panitia tidak mengantar makanan tepat waktu.
Jatah sarapan, kata Mundir, diantarkan sekitar pukul 10.00 WIB. Makan siang sekitar pukul 16.00 WIB, dan makan malam pukul 22.00 WIB.
“Padahal jam segitu (pukul 10 malam) kami sudah banyak yang tidur. Tidak ada yang makan lagi,” kata Mundir.
Mundir membandingkan pelayanan diterima di Aceh dan saat mengikuti PON Papua. Menurutnya di Papua, konsumsi atlet dan official diantar tepat waktu.