Budi Hartono: Cegah Stunting Dengan Protein Hewani

pengukuran stunting
Petugas Puskesmas Kuala Makmur saat melakukan pengukuruan pada anak di Desa Kuala Makmur. (Foto: Situasi.co.id/KRM)

BANDA ACEH – Stunting masih menjadi masalah kesehatan serius yang di hadapi Simeulue. Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Simeulue pada angka 37,2%. Walaupun angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14% dan standard WHO di bawah 20%.

Staf Gizi Puskesmas Kuala Makmur, Budi Hartono mengungkapkan, angka stunting tersebut disebabkan berbagai faktor, salah satunya karena kurangnya asupan penting seperti protein hewani, nabati dan zat besi sejak sebelum sampai setelah kelahiran. Hal ini berdampak pada bayi lahir dengan gizi yang kurang, sehingga anak menjadi Stunting.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Puskesmas Kuala Makmur mengkampanyekan pentingnya pemberian protein hewani kepada anak utamanya anak usia dibawah 2 tahun.

“Setelah bayi berusia 6 bulan harus rajin melakukan pengukuran, karena Selain ASI eksklusif juga ada makanan tambahan, kalau kurang protein hewani anaknya bisa stunting. Protein hewani ini seperti susu, telur, ikan dan ayam,” kata Budi Hartono saat dikonfirmasi Situasi.co.id, Sabtu (25/11/2023).

bergizi
Pemberian Makanan Tambahan.

Lebih lanjut, Budi menekankan, bahwa cara tersebut efektif mencegah Stunting pada anak karena protein hewani mengandung zat gizi lengkap seperti asam amino, mineral dan vitamin yang penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Hal ini, diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti telur, daging/ikan dan susu atau produk olahannya (keju, yogurt, dll). Penelitian tersebut juga menunjukan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.

makanan bergizi
Pemberian Makanan Tambahan.

Sayangnya, meski bermanfaat untuk mencegah stunting pada anak, konsumsi protein per kapita masih tergolong rendah. Data Susenas 2022 menunjukkan rata-rata konsumsi protein per kapita sehari 62.21 gram (diatas standar 57 gram), tetapi konsumsi telur dan susu 3.37 gram, daging 4.79 gram dan ikan/udang/cumi/kerang berkisar 9.58%.

“Tidak hanya memberikan protein hewani pada anak, berat dan tinggi badan anak juga harus dipantau secara berkala di Posyandu. Ini penting untuk melihat keberhasilan intervensi sekaligus upaya deteksi dini masalah kesehatan gizi sehingga tidak terlambat ditangani,” imbuhnya.

“Karenanya kalau kita sayang anak-anak kita, tolong dipastikan kalau ditimbang berat badannya naik, kalau tidak naik segera bawa ke Puskesmas,” pungkas Budi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *