BANDA ACEH – Komunitas Mobil Kopi Aceh ikut andil dalam pagelaran Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) yang ke-8 tahun 2023. Dalam konteks ini, komunitas tersebut menyajikan kopi khas Aceh kepada pengunjung yang didedikasikan melalui mobile.
Komunitas Mobil Kopi Aceh adalah salah satu bentuk bisnis atau inisiatif yang semakin popular di Aceh, di mana para penggemar kopi memanfaatkan kecintaan mereka terhadap kopi untuk membuka usaha yang mobile.
Partisipasi Komunitas Mobil Kopi Aceh dalam event PKA-8 membantu mempromosikan kopi Aceh dan menciptakan pengalaman unik bagi para pecinta kopi. Biasanya, komunitas semacam ini akan menyajikan berbagai jenis kopi Aceh yang diseduh secara segar kepada pengunjung. Selain itu, Komunitas Mobil Kopi Aceh berfungsi sebagai tempat berkumpul bagi para pecinta kopi yang ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar kopi.
Komunitas Mobil Kopi Aceh adalah contoh bagaimana komunitas lokal dapat berkontribusi dalam Pekan Kebudayaan Aceh dan memperkaya pengalaman acara tersebut dengan menawarkan sesuatu yang unik dan berkualitas.
Ketua Komunitas Mobil Kopi Aceh, Siswanto mengatakan, Komunitas Mobil Kopi Aceh telah berdiri sejak 23 Desember 2022. Pada PKA-8 ini, pihaknya diberi kesempatan untuk berpartisipasi.
“Komunitas Mobil Kopi Aceh telah berdiri satu tahun lebih tepatnya tanggal 23 Desember 2022. Dan terlibat di PKA secara resmi sehingga diberi kesempatan untuk berpartisipasi,” kata Siswanto saat dijumpai Situasi.co.id di Taman Ratu Shafiatuddin, Kota Banda Aceh, Rabu (08/11/2023).
Siswanto menjelaskan, bahwa sesuai dengan tema Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia, pihaknya mengikuti konsep tersebut. Sehingga, memunculkan rempah Aceh yaitu Kopi. Tak hanya itu, terdapat juga Go Green serta penggunan pengurangan bahan-bahan plastik.
“Konsep kita rempah dan kita memunculkan rempah aceh yaitu Kopi. Kemudian Go Gren dan kita ini uji coba penggunaan pengurangan bahan-bahan plastic,” jelasnya.
Siswanto juga mengungkapkan, bahwa yang tergabung dalam Komunitas Mobil Kopi Aceh tersebut sebanyak 20 Owner dengan 28 unit mobil. Namun, hal itu dapat bertambah seiring waktu berjalan.
“Terdapat 20 Owner atau pengusaha dengan 28 unit dan kemungkinan besar akan bertambah. Karena kita welcome, siapapun yang ingin bergabung kami persilahkan. Namun, dengan ketentuan utama kemudian ada SOP, menjaga kebersihan, mengikuti kanun wilayah operasional. Terutama ketentuan saat buka dan tutup serta tidak melanggar ketentuan dan perundang undangan pemerintah daerah,” ungkapnya.
Ia menambahkan, omset penjualan ketika ditempat biasa atau hari-hari biasa dan di PKA-8 itu sangat berbeda. Omset hari biasa dapat mencapai Rp300 ribu hingga Rp400 ribu. Ketika di PKA-8 dapat mencapai Rp1,5 jt hingga 2 jt dalam satu hari dengan penjualan Take Away dan pesan di tempat.
“Omset penjualan ketika hari-hari biasa berbeda dengan adanya pagelaran PKA-8. PKA-8 didalam, kita inikan disediakan pasar untuk pelaku UMKM untuk mobil kita sangan signifikan. kalok hari biasa penjualan kita hanya mecapai Rp300 hingga Rp400 ribu. Nah dengan adanya acara ini pasar yang disediakan ini omset kita bisa mencapai Rp1,5 hingga Rp2 jt dalam satu hari dengan penjualan ada yang Take Away dan ada juga pesan ditempat,” tambahnya.
Kemudian, untuk harga penjualan tetap sama, baik itu hari-hari biasa maupun di PKA-8. Dengan mempertahankan harga yang konsisten, sebagai bentuk sinyal bahwa prodak bukan hanya berfokus pada keuntungan semata, tetapi juga pada kontribusi terhadap lingkungan, masyarakat dan mendukung suksenya PKA-8.
“Untuk harga tetap setara dan konsisten dengan harga penjualan biasa dan di PKA. Dan ini bukan hanya berfokus pada keuntungan semata, tetapi unutk kontribusi kami terhadap lingkungan, masyarakat dan juga dukungan kami menyukseskan PKA-8,” imbuhnya.
Oleh karena itu, kata Siswanto PKA-8 bukan hanya untuk melestarikan Budaya khas Aceh dan pesta rakyat Aceh. Tetapi, PKA-8 dapat meningkatkan Ekonomi masyarakat dan menyediakan lapangan kerja.
“PKA-8 ini tentu menjadi peningkatan ekonomi dan ketersedian lapangan kerja, yang biasa kami menggunakan cukup untuk tenaga kerjanya satu orangg ini kita butuh tiga sampai empat orang dan juga mereka dilatih untuk bisa mencaver barr atau cara meracik menu kopi menjadi seguhan yang tertera di menu bran atau prodak,” katanya.
Kendati demikian, Siswanto berharap kepada pemerintah untuk memberikan ruang khusus yang disediakan untuk prodak kopi.
“Atas nama komunitas, kami berharap banyak ruang yang disediakan pemerintah untuk kegiatan atau event yang mungkin bisa menyediakan pasar khusus untuk prodak kopi,” pungkasnya. (ADV)