Hukum  

Pj Gubernur Aceh Didesak Selesaikan Persoalan Makan Atlet PON

20240911 img 20240911 080523
Penampakan nasi yang dibagikan untuk atlet PON, di harga penawaran Rp 51 ribu per porsi. Foto: dok TTI.

BANDA ACEH – Koordinator Transparansi Tender Indonesia (TTI) Nasruddin Bahar menilai PT. Aktifitas Atmosfir, perusahaan catering asal Jakarta yang ditunjuk sebagai penyedia makan untuk atlet PON Aceh-Sumut dengan nilai kontrak mencapai Rp 42,5 miliar telah gagal melayani ribuan atlet dan official yang datang dari berbagai provinsi.

Pasalnya, kata Nasruddin, porsi nasi dan lauk pauk yang sedikit, telah dikeluhkan oleh para atlet dan official PON. Belum lagi persoalan jadwal pembagian nasi yang kerap terlambat, juga telah menjadi masalah yang setiap hari dialami oleh para atlet.

“Sejak awal TTI memprotes cara penunjukan penyedia catering yang hanya dikuasai oleh satu perusahaan besar yang ditunjuk melalui e katalog. Karena jika dilihat dari laman e katalog lkpp, PT. Aktifitas Atmosfir menawarkan harga nasi per porsi 51.000 dan kondisinya sungguh sangat tidak sebanding dari fakta di lapangan terhadap menu makan yang disediakan kepada para peserta PON,” kata Nasruddin dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 11 September 2024.

Menurut Nasruddin, langkah konkret yang mesti dilakukan sekarang adalah membagi penyedia catering kepada unit usaha catering yang ada disekitar Banda Aceh dan Aceh Besar supaya terjadinya pemerataan ekonomi mayarakat. Hal tersebut, kata Nasruddin, perlu dilakukan jika pejabat di Aceh mau memahami kehadiran PON di Aceh dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Aceh.

TTI, kata Nasruddin, mendesak Pj Gubernur Aceh, Syafrizal untuk meninjau kembali anggaran makan atlet PON yang nilainya mencapai Rp 42,5 miliar, sehingga persoalan makanan tidak terus menjadi bahan perbincangan publik hingga keluar daerah.

Menurut Nasruddin, anggaran sebesar itu bisa dibagi menjadi 10 penyedia, sehingga usaha catering di Aceh pun kebagian Rp 4 miliar per usaha catering dan makanan untuk atlet PON memuaskan.

Disisi lain, kata dia, dengan dibagi-bagi jumlah penyedia catering juga memudahkan panitia konsumsi mengontrol mutu makanan yang disediakan.

“Aceh sebagai tuan rumah PON telah mendapat banyak pujian dari peserta dari berbagai daerah, mereka memuji keramah tamahan masyarakat Aceh. Tapi sayangnya gara-gara pengusaha catering yang nota bene bukan dari perusahaan lokal menjadi rusak citra Aceh,” kata Nasruddin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *