PKA-8  

Puluhan Ribu Masyarakat Aceh Hadiri Opening Ceremony PKA ke 8

pka-8
Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki (Kiri), Wali Nanggroe PDYM Malik Mahmud Al-Haytar (Tengah) Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi (kanan), Forkopimda Aceh dan sejumlah pejabat daerah lainnya saat memukul leusoeng kayee berisi rempah-rempah kekayaan bumi Aceh sebagai tanda pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh ke 8, yang berlangsung di Taman Sulthanah Safiatuddin, Kota Banda Aceh, Sabtu malam (04/11/2023) (Foto: situasi.co.id/Imam)

BANDA ACEHPekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 8 resmi dibuka. Suasana kebahagiaan dan semangat kebudayaan memenuhi sudut Kota Banda Aceh pada saat Opening Ceremony Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 yang diselenggarakan di Taman Sulthanah Safiatuddin, Kota Banda Aceh, Sabtu malam (04/11/2023).

Pembukaan PKA-8 ditandai dengan penumbukan rempah di Leusoeng Kayee oleh Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki, Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, Wali Nanggroe PDYM Malik Mahmud Al-Haytar, Forkopimda Aceh, beberapa tamu internasional, dan sejumlah pejabat daerah lainnya, serta dimeriahkan oleh seluruh masyarakat Aceh tentunya.

Acara pembukaan diwarnai oleh berbagai pertunjukan seni dan budaya, yang diantaranya penampilan seni rapai pase dari Grub Putra Pase Aceh Utara dan parade marching band oleh Gita Handayani. Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan piala bergilir dari PKA-7 yang dimenangkan oleh Kabupaten Aceh Selatan diserahkan oleh Pj Bupati Cut Syazalisma kepada Pj Gubernur Aceh.

Dari pantauan situasi.co.id, banyak dari pengunjung datang bersama keluarga, sahabat dan teman-teman yang antusias menyambut perhelatan budaya terbesar di tanah rencong ini. Sehingga PKA ini sebagai bukti nyata bahwa warga Aceh bangga terhadap pelestarian dan promosi kekayaan budaya daerah mereka.

Pekan Kebudayaan Aceh ke 8 kali ini mengangkat isu jalur rempah dengan tema “Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia.”

Acara pembukaan diwarnai oleh berbagai pertunjukan seni dan budaya. Tarian tradisional Aceh seperti Rapai Pase dan menjadi sorotan utama. Selain itu, berbagai grup musik tradisional juga tampil, membawa nuansa khas Aceh yang kental.

pka-8
Penampilan seni rapai pase dari Grub Putra Pase Aceh Utara pada Pekan Kebudayaan Aceh ke 8 (Foto: situasi.co.id/Imam)

Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki dalam sambutannya mengatakan bahwa PKA adalah panggung yang memperlihatkan dinamika politik, sosial, budaya, dan pemerintahan Aceh sejak pertama kali diadakan pada tahun 1958.

Marzuki menambahkan bahwa PKA adalah hasil dari pemikiran dan perjuangan orang-orang tua yang telah memberikan contoh dalam merawat dan melestarikan perdamaian melalui pelestarian dan kemajuan kebudayaan, khususnya peradaban Islami di Bumi Serambi Mekkah.

“Sejak tahun 1958, PKA telah menjadi indikator keberhasilan pemerintah dalam melindungi, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan aspek positif dari kebudayaan. Oleh karena itu, setelah 65 tahun perjalanan panjang PKA, Pemerintah Aceh memilih tema ‘Jalur Rempah Aceh’ untuk PKA 8 ini dengan tagline ‘Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia’,” kata Marzuki.

Pj Gubernur Aceh menjelaskan bahwa tema tersebut dipilih dengan mempertimbangkan maksud dan tujuan PKA, relevansinya dengan isu-isu global terkini, serta koneksi dengan visi dan misi pembangunan daerah dan nasional.

Ia juga menyoroti sejarah penting Aceh dalam jalur perdagangan rempah-rempah yang menjadi salah satu sentral perdagangan di masa lalu.

“Aceh patut bangga karena 2 dari 20 titik jalur rempah Nusantara berada di Aceh. Sejarah mencatat, Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam menjadi sentrum perdagangan aneka rempah, terutama lada yang dikenal luas pada masanya,” katanya.

pka-8
Parade marching band oleh Gita Handayani pada Pekan Kebudayaan Aceh (Foto: situasi.co.id/Imam)

Deputi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, mengatakan bahwa tema PKA-8 ini mengingatkan kita akan peran Aceh sebagai salah satu pintu gerbang jalur rempah Nusantara.

“Kami dari pemerintah pusat tentu sangat mengapresiasi tema. Semoga dengan tema rempah ini akan membawa kembali kejayaan Aceh terhadap industri rempah yang mana harapannya dengan rempah ini akan mensejahterakan memakmurkan masyarakat Aceh,” imbuhnya.

Pada masa dulu, kata Didik, Aceh pernah menjadi produsen rempah terbaik di dunia pada abad ke-16 hingga ke-18, dan pemerintah pusat sangat mendukung tema ini dalam upaya untuk mengembangkan industri rempah di Aceh.

Wali Nanggroe Aceh, PDYM Malik Mahmud Al Haytar, mengapresiasi perencanaan dan pelaksanaan PKA tahun ini. Kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan yang mulia, yaitu untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan, sejarah, dan adat istiadat Aceh.

“Kami sangat berterima kasih kepada para inisiator awal pada tahun 1958 dan semua pihak yang terlibat, sehingga pada tahun 2023, PKA dapat kembali diadakan. Kami berharap agar penyelenggaraan PKA tahun ini lebih berkualitas dibandingkan dengan pelaksanaan sebelumnya,” jelas Malik.

Beliau berharap bahwa acara ini akan menjadi peluang pendidikan bagi masyarakat Aceh, khususnya generasi muda. Malik menegaskan bahwa semua elemen dalam PKA harus tetap fokus pada tiga pilar utama, yaitu kebudayaan, sejarah, dan adat istiadat Aceh.

“Meskipun tidak dapat kita pungkiri, di era sekarang ini telah muncul beragam inovasi yang memengaruhi segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang kebudayaan dan adat istiadat. Sehingga, misalnya telah muncul banyak kesenian-kreasi baru, perpaduan antara kesenian khas Aceh, dan kesenian kekinian hal itu lumrah terjadi dalam perkembangan peradaban sebuah bangsa,” ujarnya,” pungkasnya.

pka-8
Puluhan ribu masyarakat Aceh hadir Opening Ceremony Pekan Kebudayaan Aceh ke 8 (Foto: situasi.co.id/Imam)

Pekan Kebudayaan Aceh ke-8 akan berlangsung selama 9 Hari, dan diharapkan akan menjadi momentum penting dalam upaya pelestarian dan promosi kekayaan budaya Aceh.

Adapun agenda kegiatan Pekan Kebudayaan Aceh ke-8 akan menampilkan beragam pertunjukan seperti Pawai Budaya, Seminar Internasional, Pertunjukan/Perlombaan Seni, Pameran dan Expo PKA-8, Pasar Tradisional dan Produk Budaya, Festival Kuliner, Lomba Permainan Rakyat, Festival Adat Budaya, dan banyak lagi.

Selain itu, PKA juga memiliki program-program pendidikan dan seminar yang dihadiri oleh 4829 budayawan dan seniman, 117 pameran 23 BUMDes, 23 SMK dari berbagai kabupaten kota se-Aceh, 72 pengrajin dan pedagang produk tradisional Aceh, serta 1109 tenaga kreatif.

Pengunjung juga dapat menyaksikan kegiatan pelaksanaan PKA-8 di lokasi yang berbeda dengan jadwal dan kegiatan sebagai berikut.

Taman Sulthanah Safiatuddin

• 4 November 2023: Pembukaan PKA-8

• 5-12 November 2023: Pameran/Expo PKA-8

• 5-11 November 2023: Pertunjukan/
perlombaan seni

• 5-12 November 2023: Festival kuliner

• 12 November 2023: Penutupan PKA-8

Area Blang Padang

• 5 November 2023: Pawai jalan kaki dan kenduri budaya

• 5-12 November 2023: Pameran pembangunan

Aliran Krueng Aceh

• 5 November 2023: Pawai kapal hias

Anjong Mon Mata, Pendopo Gubernur Aceh

• 5 November 2023: Jamuan makan malam

Amel Hotel & Convention Hall

• 7-9 November 2023: Festival busana

Hermes Palace Hotel

• 5 November 2023: Pembukaan seminar internasional

• 5-6 November 2023: Business matching

Auditorium Gedung AAC Dayan Dawood USK & Auditorium Gedung Ali Hasjmy UIN Ar-Raniry

• 6 November 2023: Seminar internasional

Area Krueng Lamnyong

• 6-7 November 2023: Lomba permainan rakyat

Museum Aceh

• 7-9 November 2023: Festival adat budaya

• 9-11 November 2023: Lomba permainan rakyat

Taman Seni Budaya

• 5-12 November 2023: Pameran foto budaya

• 5-10 November 2023: Pertunjukan/perlombaan seni

Aceh Besar (Gp. Baet Lampuot) & Kota Banda Aceh (Gp. Jawa, area Nol Km)

• 9 November 2023: Kenduri Blang

• 2 November 2023: Kenduri Laot

Pendopo Wali Nanggroe

• 11 November 2023: Anugerah Budaya (ADV)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *